Featured Post

Tentang Pelayanan: Tak Cukup Menjadi Marta, Jadilah Maria di Dekat Kaki Tuhan

Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.   (Lukas 10:42) Menjadi Pelayan di Usia Muda Saya di...

8.13.2015

Hasil Sebuah Kerja Keras

Nyaman atau tidak nyamannya dunia kerja itu ditentukan oleh banyak faktor; dari kualitas dan kuantitas tim kerja, jenis atasan, tempat kerja, sampai nominal pendapatan menjadi penentu 'betah' atau tidaknya kita dalam sebuah pekerjaan.

Load kerja yang cukup tinggi juga sering menjadi bahan perbincangan hangat di antara karyawan yang sudah gelisah melirik ruangan HRD untuk pengajuan surat resign. Load kerja yang tinggi ini pula yang membuat saya berulang kali melambaikan tangan ingin menyerah; lelah karena pekerjaan yang tidak kenal waktu sampai organisasi yang kurang tertata rapih membuat beberapa pekerjaan menumpuk di pundak orang-orang yang 'betah' berlama-lama di kantor.

Apalagi bekerja sebagai penyelenggara sebuah event. Sebuah pekerjaan yang menjadi idaman saya ketika kuliah. Masih ingat betul di kala saya duduk malam hari bersama teman dekat. Kami berdua mahasiswa tingkat akhir yang sedang menghitung hari memasuki dunia kerja.

Ingin jadi apa nanti?

Sebuah pertanyaan yang rasanya lebih mudah dijawab ketika saya berumur 5 tahun daripada ketika saya baru saja menyelesaikan sidang skripi yang menentukan kelulusan.

Windosa 2013. Menjadi pekerja event dan talent secara bersamaan.

Anyway. Waktu itu, saya menjawab ingin bekerja mengurus sebuah acara. Hal ini terjadi karena saya 4 tahun berturut-turut tergabung dalam keanggotaan club Indonesia, dimana setiap tahunnya kami menyelenggarakan sebuah performance yang menyajikan tentang kekayaan kebudayaan Indonesia. Walaupun dalam setiap kenyataannya, begitu banyak emosi dan maki yang terjadi, tetapi saya begitu menikmati setiap persiapannya. 

Dari diskusi konsep awal, pembagian tugas, gladi bersih dan hari H, saya begitu menikmati segalanya. Saya menyukai keletihan dalam sebuah kerja keras dimana saya dan teman-teman begitu gigih begadang hingga jam 5 subuh untuk menyelesaikan 5 buah baju yang dihiasi manik-manik, padahal jam 8 paginya, kami harus segera bersiap untuk gladi bersih. 

Semua keletihan dan kantung mata yang bertumpuk tiba-tiba sirna ketika tirai terakhir terbuka dan seluruh penonton bertepuk tangan. Penutup sebuah acara yang bertabur bunga. Bagaimana mungkin saya tidak jatuh cinta pada penyelenggaraan sebuah acara hiburan yang begitu indah.

Berdasar dari pengalaman tersebut, saya ingin terus melanjutkan kesibukan dan keletihan, serta kerja keras yang membuat saya hidup.

Kidpreneur 2013. Belajar mencintai anak-anak dan remaja

Bekerjalah saya sekarang di sebuah perusahaan yang awalnya bergerak di bidang media anak, sampai sekarang mulai merambah di penyelenggaraan event-event anak. Dari sini, saya jatuh cinta pada anak-anak. Masih ingat betul event pertama saya yang menjadikan saya begitu mudah berbincang dengan anak dan remaja sekarang ini.

Hari Anak Nasional 2015

Tidak terasa sudah 2 tahun berlalu sejak cerita mimpi saya malam itu, berkecimpung di dunia event. Sudah banyak pula event besar kecil, dari school roadshow, perlombaan, seremoni, sampai acara nasional sekelas acara-acara istana yang saya hadapi. Bisa dibilang, sedikit demi sedikit saya mulai menyelami dunia per'event'an yang tidak semudah saya bayangkan 2 tahun lalu.

2015. Seminar Guru Yakobus.

 2015. School Roadshow bersama Kapolda DKI Jakarta.

2015. School Roadshow menggalakkan kemampuan literasi anak

Event sekelas performance kampus 2 tahun lalu saja sudah cukup melelahkan hati dan pikiran, apalagi event-event yang saya alami sekarang. Yang paling sulit, tentu koordinasi. Karena sebagai pekerja event, saya tidak hanya menyuguhkan sebuah pertunjukan panggung, tetapi juga melayani setiap kebutuhan orang-orang yang bersangkutan.


2015. Antangin Junior Creative Green School di kantor Gubernur DKI Jakarta

Dari klien macam orang-orang pemerintahan, perusahaan, sekolah, siswa, dan juga orangtua muda yang terkadang rempong, saya harus ahli-ahli berkoordinasi agar semua pihak dapat puas. Nyatanya, pekerja event tidak bekerja seindah penampilan panggung yang penuh dekorasi dan lampu.
Kami bekerja dari pagi sampai malam, tidak kenal mana bulan mana matahari, mampu tidur dan mandi di mana saja demi kesempurnaan sebuah acara.

Hari Anak Nasional 2015 membekas paling dalam.

Istana Bogor, Hari Anak Nasional 2015.

Semua berawal dari sebuah proposal dalam format ppt yang tersimpan lama di server kantor. Lalu saya dan teman saya utak atik sedemikian rupa mengikuti keinginan pimpinan dan klien. Bekerja dengan memutar otak untuk susunan acara yang baik.

Kemuakan saya memuncak secara perlahan akibat event yang bertumpuk dalam waktu yang sedikit. Dan semua membuat saya harus mampu bersikap macam bunglon yang dapat mengubah warna sekali 'klik'. Berat memang, ini memang berat,

Kemuakan saya berujung stress yang membuat saya memiliki sikap penolakan terhadap event besar ini.Berat rasanya harus berkoordinasi berulang kali dengan banyak orang yang punya karakter berbeda-beda. Belum lagi kurangnya tidur membuat emosi gampang bergoyang, sedikit-dikit marah, sedikit-dikit nangis.

Hari Anak Nasional 2015 membuat saya berkenalan dengan Ibu Ida, seorang guru pelatih saman dari Sekolah Madrasah Aliyah Negeri 4 Jakarta. Pertama kali datang untuk meminta beliau dan tim samannya hadir, saya terkagum sampai menganga melihat para penari tersebut. Saya belajar saman 3 tahun, menjadi pelatih dadakan saman selama 4 tahun, merupakan sebuah kehormatan dapat bertegur sapa dengan para penari dan pelatih saman yang begitu hebat. Saya mau belajar saman lagi!

Hari Anak Nasional 2015 juga membuat saya bekerja sama dengan show director yang handal, Mbak Untari Wardhana, yang dari sebuah cerita di kafe pagi itu, beliau mengaku adalah show director Teater Koma yang saya kagumi. Pembicaraan tentang event beralih menuju pembicaraan teater. ah..
Saya bangga dan bahagia bisa bekerja sama dengan show director yang mengerti betul urusan panggung. Sebagai stage manager tahap awal, saya belajar banyak sekali dari Mbak Untari. Sehingga mimpi-mimpi menjadi show director one day menjadi tujuan saya. 

Tapi yang paling seru, selain bisa bertemu Presiden RI Bapak Ir. H. Joko Widodo, saya bisa melihat senyuman anak-anak yang begitu bahagia pada hari itu. Pada akhirnya, anak-anaklah yang saya layani. Kepentingan apapun yang bermain baik politis atau kepentingan pribadi lainnya, yang paling penting, acara ini benar-benar sebuah persembahan untuk anak-anak Indonesia. 

Teringat akan tepuk tangan yang selalu menjadi pelepas peluh setiap acara, kali ini senyuman anak-anak di Istana Bogor kemarin, membuat saya begitu bangga. Karena dua tangan saya terjun langsung dalam menjahit sebuah acara yang dapat memberikan banyak pengalaman bagi semua orang, khususnya para anak-anak Indonesia.

Seorang ibu-ibu dari perkumpulan agama Kong Hu Chu menghampiri saya kemarin. Ia mengeluarkan kamera dan mengatakan pada teman sebelahnya dengan bangga, 'Bu, fotoin saya dengan dia dong, soalnya mbak Karyn yang sudah membantu perwakilan agama Kong Hu Chu bisa ikut tampil berdoa di depan presiden.' Meski masih on duty, saya begitu tersentuh karena kelelahan satu minggu kemarin berbuah senyuman pada orang-orang ini.

Pada akhirnya, penyelenggaran sebuah acara juga menjadi pemenuhan kebahagiaan orang banyak.

Kadang saya sendiri masih suka tersentuh dan merinding di akhir acara. Napas pertama yang saya keluarkan setelah berakhirnya acara, adalah napas paling melegakan. Senyuman dan tepukan tangan orang-orang yang terlibat merupakan sebuah kesempurnaan dalam kerja keras.

Hari Anak Nasional 2015. 
Senangnya menjadi bagian yang mendatangkan senyum di wajah kalian

Kebahagiaan orang banyak dan kebahagiaan sebuah tim yang solid, merupakan obat luka para pekerja event ini.

Terimakasih.

Anyer 2015. Tim Berani

Anyer, 2015.
Selain pemimpin yang hebat, sebuah tim yang solid menjadi penentu keberhasilan sebuah event.

No comments:

Search