Featured Post

Tentang Pelayanan: Tak Cukup Menjadi Marta, Jadilah Maria di Dekat Kaki Tuhan

Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.   (Lukas 10:42) Menjadi Pelayan di Usia Muda Saya di...

11.10.2014

Tentang Agama, Tuhan, dan Manusia

pic from google

Pernah dengar istilah 'agnostik'? Istilah agnostik dipakai untuk orang-orang yang percaya (atau tidak percaya) akan adanya suatu kekuatan besar tapi berkeyakinan bahwa hal tersebut tidak dapat dibuktikan oleh pikiran manusia. Bisa dibilang sih, agnostik bukan aliran kepercayaan tertentu. Tapi sebuah keyakinan bahwa kemampuan manusia terbatas untuk membuktikan adanya (atau tidak adanya) kekuatan besar atau Tuhan.

Lima atau empat tahun lalu, saya punya kesempatan menjelajah negara orang dan melihat dunia dari cara pandang yang berbeda. Di sana, saya mengenal beberapa orang yang sejak lahir mempunyai keyakinan berbeda atau bahkan tidak mengenal agama sekalipun. Hal itu membuat saya sadar bahwa orang-orang Indonesia lahir dan dibesarkan di lingkungan yang sarat agama. Maka tidak heran jika saat ini detik ini, mereka menganggap agama luar biasa pentingnya bagi hidup mereka.

Saya sendiripun, tidak bisa menyalahkan atau bergargumen tentang penting tidaknya agama bagi hidup manusia. Mungkin penting, mungkin tidak. Yang pasti di luar sana banyak orang yang hidup dengan berbagai pandangan. Sayangnya beberapa orang, baik agamis atau atheis yang mempunyai dua pandangan yang berlawanan begitu keras kepala dan teguh pendirian, bahkan 'memaksa' orang untuk ikut dengan apa yang dipercayai sambil menyampaikan ribuan alasan yang hanya mereka yakini.

Dulu saya pernah kecewa. Jantung yang berdetak-detak kencang di kala saya memperhatikan, membaca, atau menonton berita tentang sesama manusia yang membunuh dengan nama Tuhannya. Seakan mereka percaya akan Tuhan yang membunuh.

Lalu saya ingin menjadi atheis. Saya menolak untuk ikut dengan kepercayaan apapun yang agama berikan. Agama apapun itu. Karena saya kecewa dengan perilaku orang-orang yang mengaku beragama. Karena mereka membunuh, menyakiti, dan paling penting Sok Tahu.

Lama berselang, jiwa muda saya yang masih dapat terombang-ambing, melihat adanya salah persepsi dalam diri saya. (Bukan berarti saya bilang atheis itu salah) Nampaknya, hati kecil saya masih ingin mempercayai sesuatu kekuatan yang pernah saya kenal. Lalu saya mulai mencari keberadaan Tuhan yang mungkin ada. Pencarian beberapa lama itu, saya akhiri dengan tanda tanya yang tidak perlu dijawab. Biarlah ia mengambang seiring waktu. Biarlah ia menegaskan dirinya sendiri ketika saatnya.

Sayapun mengamini keyakinan dari hati kecil saya bahwa Tuhan bisa jadi ada atau mungkin tidak ada, dan manusia terlalu kecil untuk  dapat membuktikan atau menunjukannya kepada orang lain. Tuhan hanyalah pengalaman religius masing-masing orang yang tidak bisa begitu saja dibagi (karena setiap orang berbeda). Kepercayaan tidak bisa begitu saja diobral dan dibagi-bagi. Tapi perbuatan baik selalu bisa, dan tidak akan pernah habis.

Perdebatan tentang agama dan kepercayaan, sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari perdebatan tentang perbedaan. Dan manusia masih terlalu muda untuk bisa menghargai perbedaan. Terlalu sombong untuk berpikir terbuka, dan terlalu memuliakan otaknya yang dipenuhi keyakinan. Sehingga terdorong untuk menghabisi yang berbeda dari dirinya.

Berbeda. 
Berbeda tidak pernah salah. Jiwa yang tidak menghargai perbedaan yang kerdillah yang perlu diajari. 

Kemarin, ketika sedang 'asyik' facebook-an, sebuah video muncul di beranda facebook saya. Video tentang 'Kristenisasi terselubung di Car Free Day'.

Saya cuma ketawa kecil melihat teman saya yang meyakinkan kalau misionaris kristen tidak pernah diajari melakukan hal seperti itu. 'Memaksa' orang untuk masuk kristen. Dan saya lebih ketawa miris lagi melihat komentar penuh kebencian di setiap video itu disebar.

Terlepas dari benar tidaknya video itu, saya menarik kesimpulan, orang-orang masih terlalu sensitif dan mudah sakit hati dengan permasalahan agama, sehingga sulit mencari kepala yang dingin untuk menelaah atau berpikir lebih dalam dari sebuah kejadian ini. Kepercayaan yang dipegang begitu kuat, ketika tersenggol, manusia langsung mengeluarkan pedang kemarahan dan mengatasnamakan Tuhan. Ah.. selalu begitu!

Kepercayaan akan suatu yang transenden sudah ada sejak dulu. Terlepas dari teori evolusi atau mungkin hanya manusia yang selalu beradaptasi di lingkungannya, manusia masih sama. Keterbatasan manusia yang hanya memiliki 6 panca indera dan adanya rasa ingin tahu yang begitu besar akan sesuatu yang lebih dari dirinya, membuat manusia menyadari kemungkinan adanya kekuatan besar yang mengatur semua ini.

Semua kemungkinan itu lalu diyakini dengan adanya berbagai bukti pelengkap.

Dari sebelum adanya agama, manusia sudah percaya akan sesuatu yang lebih besar dari mereka. Meski namanya berbeda, agama dan kepercayaan mempunyai satu arti.

Lalu muncullah sifat manusia yang keras kepala. Berbagi dengan cara memaksa.

Kembali ke video tadi. Bukan tidak mungkin kristenisasi itu terjadi. Sebagai seorang penggemar mitologi, saya sempat menilik ke sejarah mitologi yang menjadi buruk namanya ketika adanya kristenisasi di Eropa. Kepercayaan pagan itu baik, kepercayaan kristen itu baik. Lalu muncul kebencian dan keburukan ketika adanya pemaksaan kepercayaan.

(Itulah makanya saya dulu menolak agama.. Orang-orangnya itu lho, terlalu fanatik, terlalu sok tahu, tidak bisa berpikir terbuka. Kepercayaan sendiri ko jadi harga mati buat orang lain. Saya sih ga suka, kepercayaan saya jadi harga mati buat orang lain.)

Semua pemaksaan kepercayaan baik kristenisasi atau islamisasi atau apapun lah, terjadi di mana saja dan kapan saja. Video yang beredar tersebut mungkin juga satu bentuk kristenisasi, (tulisan saya tidak dalam ranah pembuktian yang pasti). Tapi hal itu sama salahnya dengan segala bentuk pemaksaan kepercayaan dan agama. Agama apapun.

Yang bikin saya miris dengan hati tersayat-sayat adalah, munculnya kebencian yang salah tempat.

Yang satu bilang hati-hati kristen begini begitu. Yang satu bilang kristen tidak begini begitu.

Tidak ada yang salah dari mengenal suatu kepercayaan. Mengenal suatu kepercayaan bukan berarti menjadi percaya dengan apa yang kita pelajari. Selama ini kita mempelajari dunia binatang, kita tidak pernah menjadi binatang. Mungkin hanya orang-orang yang berpikiran sempit dan berhati kecil yang bisa merasa begitu takut.

Manusia terlalu bodoh untuk berpikiran terbuka, apalagi kalau kepercayaan dan agama sudah jadi harga mati buat dirinya dan orang lain.
(Itulah makanya saya dulu menolak agama.. Orang-orangnya itu lho, terlalu fanatik, terlalu sok tahu, tidak bisa berpikir terbuka. Kepercayaan sendiri ko jadi harga mati buat orang lain. Saya sih ga suka, kepercayaan saya jadi harga mati buat orang lain.)

Folks. Kepercayaan itu pengalaman religius yang pribadi. Tidak dapat dibagi dan dipaksakan. Hanya kebaikan yang dapat dibagi dan tidak pernah habis. Dan kebencian, yang juga bisa dibagi, tapi sifatnya menghabisi manusia.

No comments:

Search