Featured Post

Tentang Pelayanan: Tak Cukup Menjadi Marta, Jadilah Maria di Dekat Kaki Tuhan

Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.   (Lukas 10:42) Menjadi Pelayan di Usia Muda Saya di...

1.18.2012

Girls gone political

*before i start to write, you must acknowledge the truth that I, myself, don't really care about politic, so i would like to apologize, if something i'll write here is not politically correct :D*

*for some of you, this might be obvious, especially to those who learn politic. but i came from an ordinary people group who know less about politic :D so just enjoy*


Election

Beberapa bulan terakhir saya melihat spanduk2 besar di kaohsiung bertuliskan nama Tsai Ying Wen. Hal yang muncul di otak saya, 'ooh tsai ying wen ini pasti guru les yang menawarkan jasa bimbingan belajar ke seluruh anak2 taiwan yang butuh. Siapa yang tahu kalo tsai ying wen ini calon presiden taiwan. -__-

Seperti yang sudah saya bilang, saya tidak terlalu peduli tentang masalah politik atau pemerintahan. Hal ini mungkin didukung dengan cerita ketidakberhasilan para pemimpin negara yang saya pernah dengar. Saya lalu berpendapat sendiri, politik, mungkin memang sampai kapanpun tidak pernah bisa sempurna.
Satu kelompok orang disebut negara yang dipimpin oleh beberapa orang, saya selalu berpendapat, hal ini tidak mungkin. Jadi saya tidak mau repot2 mengurusi hal yang tidak mungkin :D

Sampai hari sabtu kemarin, Taiwan mengadakan pemilihan umum dengan 3 kandidat. Pemenangnya adalah Ma ying jieou, yang terkenal sebagai presiden yang lebih ganteng dari SBY di kalangan anak Indonesia di sekolah saya :D
Tapi, melihat euforia orang baik orang taiwan ataupun orang2 indonesia di sini yang berharap ma ying jieou menang, menggelitik pikiran saya sedikit.

Ya pada intinya, beberapa anak indo di sini berpikiran, ma ying jieou ini, istilahnya, pro china, jadi taiwan mustinya boleh lah merasa aman untuk beberapa saat. karena ketika presiden taiwan adalah mereka yang tidak pro china, mungkin pulau kecil ini siap dilayangkan bom2 dari sana.

Beberapa orang taiwan berpikir, apalagi teman2 saya yang berkesan anti-china, buat apa memanjakan china lagi. taiwan bukan china, dan buat apa mereka musti tunduk dengan china.

Terserah, - saya bilang. Bukan karena saya bukan orang taiwan, tapi saya bukan orang yang mungkin tertarik sekali dengan politik.
Di hati kecil, saya mungkin berpendapat, 'siapapun pemenangnya nanti, saya cuma ga mau bom itu berjatuhan di taiwan dan mengakhiri kehidupan saya di sini!'

dan ya~ ma ying jieou memenangkan pemilihan presiden kali ini.

Election ----> unfair/fair

Negara demokrasi bukan sih yang rakyatnya boleh memilih presidennya sendiri? mungkin.
Tapi jenis negara seperti ini, mungkin sudah tertanam di otak saya, adalah bentuk negara yang paling ideal. Rakyatnya boleh membuka suara untuk memilih presidennya. Bukannya hal itu adalah hal yang paling adil? Kalau rakyatnya boleh memilih pemimpinnya, berarti, pemimpinnya adalah orang yang paling tepat, dipercaya rakyatnya, dan voila, negara itu pasti akan maju.

Tapi kenapa, kenyataannya tidak?

lalu, mungkin khususnya di indonesia. Beberapa orang selalu bilang, 'hati2 dalam memilih pemimpin, karena pemimpin ini adalah orang yang akan membawa kalian ke depannya.'
dan ketika satu orang sudah berdiri menjadi pemimpin, which is, dengan suara terbanyak; lalu terdengarlah suara oposisi dari sana sini. dalam hati saya cuma berkata, 'bukannya kalian yang menyetujui beliau itu berdiri di atas sana? lalu sekarang kalian mau dia turun.'
Yup, terus saja akan terulang, sejarah yang sama dari bentuk negara yang sama. Tapi bukannya demokrasi memberikan kebebasan pada rakyatnya, lalu kenapa hal ini juga bukan hal yang baik?

Ya, inilah alasan kenapa tiba2 muncul sebuah pertanyaan di otak saya ketika saya sedang menikmati makan siang porsi gajah di rumah makan depan sekolah.

'apakah memberikan hak kepada rakyatnya, dengan hanya batasan umur, untuk memilih pemimpin, tanpa sebelumnya masing-masing dari pemilih memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang politik atau para kandidat, adalah sebuah tindakan yang adil?'

memberikan hak dan kebebasan memilih kepada setiap orang, saya yakin hal itu adalah dasar hak asasi manusia. tapi memilih tanpa lebih dahulu memiliki pengetahuan akan apa yang dipilih, tetap menjadi sebuah kebebasan yang adil?

sama seperti seseorang yang harus memilih dengan mata tertutup. sama seperti tebak2 buah manggis. tapi saat ini, berhubungan dengan masa depan mereka sendiri.

apalagi ketika para kandidatnya juga diberikan hak untuk berkampanye. di mana kampanye itu bukan untuk memberikan pengetahuan objektif bagi para voter, tapi layaknya iklan pasta gigi di mana semua odol adalah rekomendasi dokter gigi. instead of a fair campaign, it's more like an advertisement.

hal ini terus2an menggelitik pikiran saya, tanpa saya tahu jawabannya.
demokrasi, apa mungkin bentuk negara ini adalah bentuk negara yang paling baik?

yang saya tahu, lagi2 dari pandangan seorang yang buta tentang politik, demokrasi adalah bentuk negara yang memberikan kebebasan kepada rakyatnya, sehingga sangat mungkin adanya orang yang kayaaaa sekali, dan yang miskin sekalii. karena, yang lagi2 saya tahu, negara bentuk komunis lah yang bisa membuat rakyatnya sama rata, tidak ada yang paling menonjol.
correct me if im wrong. seriously, it's all ive heard when i was in senior high school, and i didnt really pay attention to the teacher, since it was a boring lesson.

Jadi, seperti yang dijelaskan susah payah dalam pelatihan kaderisasi di santa ursula. bentuk negara kita, atau kebanyakan negara adalah bentuk piramida, di mana, orang miskin berada di bawah dengan jumlah paling banyak. dan pemerintah yang mengatur rakyatnya berada di atas dengan jumlah sedikit, tapi memiliki otoritas yang besar. again correct me if im wrong.

jadi bentuk negara seperti ini, di mana jumlah penduduk terbesar adalah mereka yang berada di bawah garis kemiskinan, dan dalam keadaan di mana pengetahuan adalah barang mahal, bagaimana mereka bisa mendapatkan pengetahuan itu? pengetahuan tentang hal2 yang dasar saja belum tentu bisa didapatkan, apalagi pengetahuan khusus tentang politik, yang mungkin belum diajarkan di sekolah dasar. sedangkan kebanyakan orang hanya berakhir di ujung sekolah dasar.

Lalu apa masih adil untuk memberikan hak kepada orang2 ini, tapi di satu sisi tidak memberikan hak kepada mereka untuk mendapatkan pengetahuan sebagai pegangan dalam memilih pemimpinnya?

Plato -----; ideal state

Sedikit banyak, saya tertarik dengan filsafat. Lagi2 ini berawal dari keinginan saya memulai menulis skripsi. ternyata seperti yang sebelumnya saya pikirkan sendiri, filsafat memang berhubungan erat dengan mitologi.
tapi tiba2 saya menemukan website bagus tentang filsafat. kalau ada yang tertarik, boleh baca di sini : http://www.suite101.com/philosophy

lalu tiba2 ada satu artikel yang menarik untuk dibaca.
'plato against democracy' - yaa, ya, ya, saya tahu plato memang bukan filosofer yang setuju dengan demokrasi. tapi tetap, saya berpikir bahwa, - bukannya baik untuk memberikan kebebasan memilih terhadap rakyat di negeri demokrasi, lalu kenapa plato tidak setuju akan demokrasi? http://thaiscampos.suite101.com/plato-on-democracy--why-plato-was-against-democracy-a277698

lalu sampailah saya di satu artiket, ideal state menurut plato;

In Plato's ideal state, there are no family ties. Children belong to the state and are raised by slaves, all women belong to all men and everybody is happy.

saya cuma bisa 傻眼. kenapa? apaa2an ini! apa saja yang dipikiran orang ini!
tapi saya memilih membaca artikel itu.

Plato selalu bilang, negara yang baik adalah negara aristokrasi, di mana pemimpinnya musti seorang filosofer. Pemimpin sebuah negara musti memiliki pengetahuan yang luas dan musti bisa memberikan kebijaksanaan yang bijak kepada rakyatnya, pemimpin yang bisa memperlakukan rakyatnya dengan bijak.

anak2 kecil, musti dipelihara oleh negara, dan diasuh oleh, istilahnya, 'slave'. sehingga, negara tahu apa yang bisa dilakukan anak ini. jika sang anak tertarik terhadap militer, maka bolehlah dia mempelajari militer setelahnya, atau kalau sang anak tertarik terhadap musik, maka anak ini bolehlah mempelajari musik kedepannya.

no family ties. hal ini disebabkan karena jika ada ada hubungan keluarga yang mendalam, orang2 hanya akan tertarik pada kelompok2nya sendiri saja. dan itu bisa menyebabkan perpecahan antara 1 kelompok dengan kelompok lain. everyone has to serve everyone as a whole.

something may still against my own opinion. plato said, bad music should be banned. music that is against god, should be censored. Tho~

ada satu hal yang menarik dari artikel ini,

Sometimes it is hard to understand Plato's concept of the ideal state because today's society is not based on virtues, but money. The ultimate goal of the capitalist world is not to grow spiritually and produce a community of virtuous citizens, but to make people materially richer (sometimes at the expense of others!).

So, the Platonic state can only be understood if one abandons the materialistic view of the world and embraces the philosophy which says that the physical world is transitory and the purpose of life is to perfect the soul. Without this thinking, the Platonic state becomes just another absolutist nation.

Democracy leads to Tyranny?

okay, jadi seperti yang sudah saya bilang, saya beneran 'buta' terhadap politik, jadi saya cuma bisa menganga melihat pernyataan ini. mungkin bagi mereka yang sudah mendalami politik, mungkin akan tahu lebih dalam. tapi buat masyarakat sipil seperti saya yang hanya pergi sekolah dan menikmati liburan, hal ini baru buat saya sendiri.

Untungnya saya sudah melewati pemikiran saya sendiri, sehingga saya bisa lebih memahami artikel yang saya baca hari ini.

http://thaiscampos.suite101.com/plato-on-democracy--why-plato-was-against-democracy-a277698 *yah sekali lagi saya tunjukan article aslinya. since SOPA might ban anything in the future, -___-

Plato sendiri bilang, demokrasi adalah bentuk pemerintahan atau bentuk negara terburuk yang ada. karena plato berpendapat bahwa memilih seorang pemimpin melalui suara terbanyak bukan jaminan terpilihnya pemimpin yang baik, karena pemimpinnya belum tentu orang yang mampu memberi kebijakan yang bijak terhadap rakyatnya. -kembali lagi karena pemilihnya sendiri pun tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang calon yang dipilih.

Menurut Plato, negara demokrasi adalah:

Democracy – democracy is the child of oligarchy. Since people cannot agree with the rich ruling and deceiving the poor, people start to believe that if they could choose the ruler, their interest would prevail. The poor are greater in numbers so they elect one of them to be in charge. However, since the masses aren't educated to become virtuous or to exercise the intellect, they are not apt to make political decisions that prioritize their real needs;

-dan hal ini membuat saya lebih kaget lagi. kenapa tiba2 plato seperti menunjukan ulang hal yang saya pikirkan sebelum saya baca detil tentang hal ini?-

dan demokrasi bisa mengarah ke tyranny. lalu apa itu tyranny?

Tyranny –democracy naturally degenerates into tyranny and society becomes a total chaos in which there's no rule, no priorities and no laws. Whoever is stronger takes charge and does as he pleases. Nobody is able to remove a tyrant man from the power, as there's no law to be obeyed.

Yah~ begitulah yang mungkin bisa memuaskan sedikit tanda tanya saya dari kemarin sejak pemilu taiwan diadakan. dari dulu, saya tidak pernah berpikir seperti ini, istilahnya sekarang saya adalah orang luar yang memperhatikan bentuk euforia yang berbeda2 dari orang taiwan ataupun orang luar negeri di taiwan.

dan saya, tetap bukan orang yang tertarik terhadap politik.

hanya saja, jika memang demokrasi tetap menjadi pilihan negara2 sekarang, marilah dilirik lagi pemikiran plato. mungkin bisa membantu. atau apapun itulah :D

setidaknya tulisan saya bolehlah dipakai untuk orang2 yang juga tidak mengerti politik seperti saya :D

selamat malam. oooh~ selamat bapak ma ying jieou. Tuhan memberkati.. oooh 新年快樂. selamat tahun baru china saudara2 sekalian :D

1 comment:

gadis payung kuning said...

kayaknya menarik juga tuh yang plato bilang. benar2 bikin kanka banget yah situasinya karena pada akhirnya demokrasi itu dari rakyat jelata yang uneducated dan memilih pemimpinnya yang 'pinter' dari sudut pandang mereka :) ya udah akhirnya muter-muter ajaaaa terus ke situ-situ lagi.

Search