Featured Post

Tentang Pelayanan: Tak Cukup Menjadi Marta, Jadilah Maria di Dekat Kaki Tuhan

Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.   (Lukas 10:42) Menjadi Pelayan di Usia Muda Saya di...

1.07.2011

Tentang Ethnocentrism


Hari ini, saya dan Metta, ketika pelajaran percakapan Jerman, tiba-tiba membicarakan suatu hal yang berhubungan dengan Ethnocentrism atau etnosentrisme.

Masalah awalnya terletak karena kami merasa kurang puas dengan kelas malam tentang prosa mandarin (散文)

Kami berempat satu kelas dengan orang yang rata-rata sudah kerja. Hal ini memberi 壓力 atau tekanan terhadap kami berempat. Entah dengan yang lain, tapi saya dan Metta pagi ini saling bertukar pikiran tentang tekanan itu.

Tekanan itu mungkin berasal dari dua alasan. Menurut saya pribadi, kemungkinan mereka yang berada dalam kelas itu memandang rendah kami karena kami tidak satu umur dengan mereka, dan hal apa yang ada di pikiran anda sekalian, kalau suatu saat di kelas anda ada 4 orang anak yang umurnya jauh di bawah kalian mengikuti kelas yang sama?

Alasan lain yaitu, masalah bahasa.

Hari ini, guru kecil yang mengajar mandarin memberitahu kami bahwa kami harus membaca mandarin untuk mendapat nilai, karena selama ini kami selalu menolak membaca.

Saya khususnya ketika mengingat hal ini cukup sedih~ entah karena kami yang terlalu bodoh atau memang orang-orang di luar sana terlalu pintar.
Saya mengenal mandarin kurang lebih satu setengah tahun yang lalu, dan kalau anda orang Cina atau Taiwan, saya punya pertanyaan, berapa banyak huruf mandarin yang anda kenal? Dan saya tanya, apakah semua huruf mandarin itu bisa anda hafal dalam kurun waktu satu setengah tahun? Ditambah, jika anda harus kuliah bahasa yang notabene bukan bahasa mandarin.

Saya tidak sedang menunjukan betapa sulitnya kehidupan saya di sini untuk meminta belas kasihan guru saya. tidak! ini jelas jalan yang saya pilih. Pergi ke Taiwan untuk belajar dengan segala konsekuensinya sudah menjadi janji saya untuk 4 tahun ini, apapun yang terjadi kalau saya masih diperbolehkan belajar, saya belajar.

Dan kenyataan ini membawa saya ke poin selanjutnya, etnosentrisme.
Entah ini ada hubungannya atau tidak, yang pasti hal ini cukup mengena di hati saya sejak saya datang.

Etnosentrisme sendiri adalah cara memandang sebuah kebudayaan di mana seseorang menganggap budaya sendiri lebih baik dan lebih bagus dibanding budaya orang lain.
Inilah yang kadang-kadang membawa perbedaan yang terlalu dilebih-lebihkan oleh beberapa orang.

Hanya karena orang melakukan sesuatu di luar kebiasaan kita, buka berarti hal itu buruk, bukan berarti hal itu aneh dan tidak layak.
Memandang orang-orang dari luar negeri dengan pandangan meremehkan terkadang bisa dibilang etnosentrisme berlebihan.

Contoh mudahnya ketika saya dan Metta sedang makan siang dengan kecap, di mana orang-orang Indonesia suka kecap, beberapa teman Taiwan memperhatikan kami, dan beberapa berkata, "好奇怪" - aneh. Saya diam, dan kesimpulan yang saya ambil hanya satu, "orang2 Taiwan tidak makan dengan kecap, atau kecap tidak biasa dimakan dengan nasi." saya tidak sampai hati bilang orang Taiwan aneh karena kami makan dengan kecap, karena toh apa bedanya saya dengan mereka pada akhirnya?

Sama dengan kebiasaan mandi pagi hari yang jarang dilakukan orang Taiwan. Awalnya saya kaget~ tapi dengan itu saya belajar kedepannya, hanya karena saya mandi setiap pagi bukan berarti tidak mandi itu aneh. Karena seandainya saya bilang hal itu aneh, apalagi namanya kalau bukan meninggikan diri sendiri dan menganggap semua yang tidak sama adalah lebih rendah?

Dan apalagi namanya kalau bukan etnosentrisme.

Entah ini berhubungan dengan dunia 散文 (prosa mandarin) yang saya pelajari atau tidak. Tapi semoga orang-orang dalam kelas itu (yang lebih tua daripada kami) yang saya coba mengerti pengarainya dapat lebih bisa berpikir jernih dari saya. Bersikap meremehkan tentu saja bukan sikap dewasa, berapapun umur anda.

Dan saya sarankan, bersikaplah lokal, lakukanlah yang baik tanpa harus memikirkan perilaku orang lain terlebih dahulu, karena mungkin itu belum saatnya bagi orang itu untuk belajar. Mungkin hal yang anda belum tahu, sudah lebih dulu dimengerti orang itu, jadi untuk apa khawatir, semua punya waktunya sendiri-sendiri.

Dan menjadi nasionalisme atau apapun itu sebutannya bukannya salah~ tapi apa salahnya lagi kalau kita menghargai juga kebudaayan dan negara lain. Toh kebudayaan itu datangnya dari pikiran-pikiran manusia, dengan menghargai kebudayaaan setiap orang, kita menghargai cara berpikir mereka. Dengan menghargai cara berpikir seseorang, kita menghargai diri kita sendiri. Karena manusia diberikan kemampuan untuk berpikir.

Jangan salah sangka, saya juga bukan terlalu kolot dengan hal ini.

Please enjoy this video called, "Everyone's a little bit racist."


Joke is an important part in life, cus people needs to laugh sometimes.

Tapi yang membuat sesuatu menjadi masalah adalah, kita terkadang terlalu serius.
Dan orang harus pintar-pintar memilih waktu antara bercanda dan serius.

大家期末考加油喔 :)
dan salam untuk semua di luar sana. ^^

No comments:

Search