(Images from google)
Rokok semalam masih menyala ketika ayam berkokok pagi tadi.
Lalu si empunya mulut, yang menghisap batangnya tertidur dengan lelap
di depan komputer yang menyala berisi kata-kata.
Lalu mati, asapnya disembur udara pagi berisi air dari awan kelabu di ujung fatamorgana.
Embun yang menempel di wajahnya, tak mengganggunya dari kesepian,
dan keharuan cinta yang bermain dalam mimpinya.
Sampai hujan berhenti berkata-kata, dan udara menjadi panas
Masih jauh tersungkur badannya dalam lamunan harapan.
Hanya ciuman matahari siang ini yang mampu membangunkannya dari malam
dengan segelas kopi dan sebatang kebahagiaan, ia menghirup udara yang lembab
di depannya masih terbuka dokumen semalam dengan kata-kata tanpa titik koma
ia terhenyak sambil menghisap dalam-dalam rokok yang terbakar api
mencari sedikit inspirasi yang nampaknya kabur dibawa pergi pagi.
Di luar kembali dingin, hujan kembali bermain dengan tanah yang belum sempat mengering
Debu jalanan kembali disapu awan yang sempat menggumpal bergulung lalu menyendiri
Matahari seperti enggan bertemu manusia, memilih kembali ke ruangannya menikmati sepi
Kegelapan kembali menemani si wanita dengan sebatang rokok di ujung bibir manis
Naskahnya seperti kekasih yang dikhianati, tak ada sedikitpun rasa untuk berbaikan
Ia membiarkan kata-katanya menggantung seperti awan mendung di luar sana
Yang berdesakan untuk turun, tapi tak kunjung reda seperti tak pernah lelah
Hanya saja kini otaknya kosong, hanya rentetan nada tak berarti yang dijadikannya musik sendiri
Anak-anak kecil berlarian di luar, dengan telanjang kaki dan telanjang dada
membaui hujan yang bercinta dengan pekatnya warna tanah dan warna aspal
Si empunya bibir kini tersenyum sambil mematikan rokoknya di tengah asbak
Dengan jemarinya yang lentik ia menyentuh udara dingin yang membekas di kulitnya
Ia juga ingin berlari sambil melepas penat, melupakan naskah dan deadline yang bertubi
Ia juga ingin menendang dedaunan yang bercerai dengan pohonnya
dan mengubur diri dalam musim dingin yang diawali hujan yang berderai
Ia ingin tertawa seperti yang baru saja ia impikan sebelum matahari menciuminya
Dan bernyanyi, di tengah hujan
Dan berubah menjadi udara dingin
Atau sekedar awan yang berubah menjadi air
Bersatu dengan aspal, bercinta dengan tanah.
No comments:
Post a Comment