Featured Post

Tentang Pelayanan: Tak Cukup Menjadi Marta, Jadilah Maria di Dekat Kaki Tuhan

Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.   (Lukas 10:42) Menjadi Pelayan di Usia Muda Saya di...

8.09.2011

Do you believe?

Kurang dari sebulan lagi, saya akan kembali ke Taiwan dan akan memulai kehidupan saya sebagai mahasiswa kelas 3 di Wenzao. Akhir semester 5, atau semester 1 di kelas 3, ini saya musti memilih salah satu dari beberapa dosen Department of German untuk pembuatan skripsi yang akan dimulai di semester 6. Selama dua bulan di rumah, saya cuma bisa tanya orang tua dan kaka saya yang sudah pernah membuat skripsi. Saya tanya terus bagaimana sulit dan di mana letak enaknya pembuatan skripsi.

Untungnya bagi mahasiswa Department of German adalah tidak seluruh mahasiswa musti mempersiapkan sidang. Saya ingat betul mengikuti sidang skripsi S2 mama saya. Satu ruangan berisi tidak hanya satu dosen dan suasananya sangat tegang. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan kalau saya ada di posisi itu.

Walupun memang masih 1 semester waktu saya untuk mempersiapkan tema dan topik sekaligus memilih dosen pembimbing, rasanya saya sudah mulai panik menghadapinya. Apalagi kami harus menulis skripsi dalam bahasa jerman, which is bahasa jerman saya juga belum ahli sekali.

Tapi ada satu topik yang selalu ingin muncul dari otak saya. Saya sudah mulai memikirkan topik ini sejak akhir semester 4 kemarin. Topik yang rasa-rasanya sudah menimbulkan tanda tanya di wajah orang tua saya.

Elf. Iya, Elf, yang seperti kalian pernah lihat di buku dan film tentang mitologi.


Banyak yang saya pikirkan ketika ingin menulis tentang Elf, saya ingin menunjukan kehidupan mereka yang abadi, dan kemampuan mereka untuk melihat jauh ke masa depan. Hal ini yang banyak dicari oleh manusia, hidup abadi dan kemampuan meramal. Saya ingin menunjukan bahwa mempunyai dua kemampuan ini mungkin adalah berkat yang bisa juga menjadi hal yang buruk. Manusia memang mortal dan hanya beberapa yang diberi kemampuan meramal, tapi hal ini jelas sesuai dengan sifat-sifat kita.

Tapi ada hal yang saya takutkan. Melihat ketertarikan orang-orang terhadap makhluk-makhluk mitologi ini tidak terlalu banyak. Saya takut tidak ada dosen yang menyetujui topik saya. Bicara tentang makhluk2 mitologi ini, sejauh ini hanya ada beberapa teman yang mengerti. Sisanya, menganggap hal ini terlalu kekanak-kanakan untuk dibicarakan. Mungkin beberapa dari mereka akan bilang, kenapa tidak mencari topik yang lebih berhubungan dengan kehidupan kita sekarang, tapi apa?

Banyak orang bilang penulisan skripsi itu musti dari topik-topik yang kita sukai, kalau tidak kita pasti akan kesulitan. Tapi inilah yang saya suka~

Kenapa tidak memilih hal yang nyata?

Dude, don't you believe in existence these mythological creatures? i mean i do believe in them tho they named them 'myth' but i do believe.

Saya percaya bahwa di dunia ini banyak sekali makhluk-makhluk yang belum tercatat secara nyata di dalam sejarah. Saya percaya bahwa di pegunungan dan di pulau-pulau tak berpenghuni selalu ada naga. Saya percaya di balik gua-gua hiduplah sekumpulan Elf. Entah kenapa saya selalu percaya kehadiran mereka itu nyata dan suatu waktu mereka bersembunyi di balik gunung karena populasi manusia sudah terlalu banyak dan manusia sudah menjadi terlalu sombong untuk berbagi tempat di dunia ini dengan makhluk-makhluk itu.

Saya mempercayai mereka seperti saya mempercayai bahwa matahari itu ada.
Seperti mempercayai bahwa menara Eiffel itu ada di Paris, atau Hitler pernah hidup di dunia ini. Kenapa begitu sulit mempercayai keberadaan mereka ketika kita bisa begitu mudah mempercayai polar bear lewat berita di televisi. Saya belum pernah melihat polar bear secara langsung tapi saya bisa percaya mereka ada.

Dan berapa orang dari kita yang percaya bumi itu bulat tapi kita belum pernah pergi ke luar angkasa dan melihat dengan mata kepala kita sendiri bahwa bumi itu benar-benar bulat?
Kalau saya tidak percaya mereka ada karena saya belum pernah melihat mereka, bolehkah saya bilang bahwa presiden kita itu tidak ada, karena saya belum pernah bertemu dengan beliau. :D

Seperti percaya kepada Tuhan, atau sebuah kekuatan besar yang mengatur alam semesta tanpa harus melihat bentuk dari kekuatan itu sendiri. Kenapa kita pergi ke gereja, masjid, atau tempat ibadah lain dan percaya bahwa Tuhan itu ada tapi kita tidak percaya bahwa makhluk-makhluk myth itu ada?

Jelas itu bukan imajinasi anak-anak, atau khayalan biasa. Atau kalian masih mau bilang orang-orang di dalam rumah ibadah semua adalah kekanak-kanakan?

Mereka itu sungguh ada, walaupun kita belum pernah melihatnya. Apakah kita terus-menerus mengandalkan scientist dan orang-orang pintar untuk membuktikan sesuatu itu ada? Kenapa kita tidak mempercayai hati kita sendiri?

Mereka sungguh hidup bukan tanpa alasan. Mereka mengajarkan kita untuk berbagi tempat, dan mensyukuri sifat-sifat manusia yang ada dalam diri kita.

Ada satu video yang bicara tentang apakah myth itu benar atau buatan semata. Video tentang perdebatan antara dua professor Oxford Lewis dan Tolkien. (video ini hanya penggambaran dari hal sebenarnya)




Hal saya suka adalah ketika Tolkien bilang bahwa dia percaya akan mitologi dan berargumen bahwa kita hidup layaknya di 'penjara' dan mitologi adalah cara untuk keluar dari dalamnya. it's simply, 'thinking out of the box'

Tolkien : 'how can it be wrong for a prisoner to think of things that exist other than the walls and the jailers? doesn't the fact that the prisoner is able to think of things outside the walls suggest that perhaps things do exist outside the walls? after all if the prison really is all that is how are we able to picture things that exist beyond the prison? and this is when myths come in, you see. myths exist outside the prison, myths allow us to escape from the prison'

Video ini disebut sebagai awal mengapa Lewis masuk agama kristen dari atheist. Saya tidak sedang bilang bahwa myths membawa kita untuk masuk agama kristen atau atheist itu sesuatu yang buruk, it's simply their choice. Tolkien hanya membukakan pikiran bahwa ada sesuatu di luar tempat kita tinggal walaupun kita tidak pernah melihatnya, hal itu benar nyata. Lewis sendiri yang memilih untuk masuk agama kristen. Tolkien sendiri adalah katolik.

Sehabis menonton video ini, saya yakin dan percaya bahwa elf dan makhluk-makhluk mitologi itu benar ada di suatu tempat. Saya tidak berusaha untuk mencari mereka dan menunjukan kepada dunia. Tapi biarlah dunia belajar untuk mempercayai hatinya yang merupakan iman terdalam seseorang, bukan sekedar percaya apa yang tertulis dalam buku-buku dan kitab suci atau tulisan dan lukisan dalam rumah ibadah. Belajar bahwa tangan kita mampu menyendok makanan dan memberi makanan untuk tubuh kita tanpa harus menunggu seseorang menyuapi kita terus menerus dan mengikuti apa yang mereka percayai.

Maka saya janji, untuk mempertahankan topik ini. Mitologi adalah hal yang saya sukai sejak kecil.

saya harap orang-orang dapat mulai mempercayai hatinya. :)

Have a nice day. and nice song from those who inspired me the most at writing novel.



Kings of convenience - Gold in the Air of Summer.

Without giving anything away
I can say it's by the sea
It's a house that used to be the home of a friend of mine
Without giving anything away
You'll find ships inside of bottles
And the garden's overgrown
The house is white but the paint is coming off

I didn't know if you wanted to
When I came to pick you up
You didn't even hesitate
And now you and me are on our way
I think I've brought everything we need so don't look back
Don't think of the other places you should have been
It's a good thing that you came along with me

Gold in the air of summer
You'll shine like gold in the air of summer

1 comment:

Claude C Kenni said...

Kalo sampe topik lu tentang Elf disetujui, ceritain di blog ya. Gua penasaran tuh, boleh ga topik kayak gitu.

Search