Featured Post

Tentang Pelayanan: Tak Cukup Menjadi Marta, Jadilah Maria di Dekat Kaki Tuhan

Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.   (Lukas 10:42) Menjadi Pelayan di Usia Muda Saya di...

4.03.2011

All the Newspapers and Magazines

"could we just die. without knowing we're dying."

Sekitar seminggu lalu, sebelum tidur, saya dan roommate saya, Gebi, membicarakan beberapa issues yang marak di dunia, dari berita tentang Jepang, sampai berita heboh -yang saya baru tahu, tentang Snuff Movie.

Sampai pada suatu ketika, Gebi mencetuskan sebuah kalimat dari artis korea kesayangan kami berdua, Tablo. Tablo pernah bilang,

"Mimpi buruk tidak lagi dimulai ketika kita tidur. Tapi ketika kita membaca berita malam."

Sudah beberapa kali saya menemui koran atau majalah, akhir2 ini membahas habis berita2 buruk yang terjadi di dunia. Menemui adanya tsunami jepang, gempa di beberapa daerah, ditambah nuklir dan radiasinya. Baru saja, saya diberitahukan sebuah berita, bahwa radiasi nuklir jepang, hari rabu ini akan sampai di Taiwan. Saran pendeknya adalah, jangan keluar rumah jika tidak perlu. Entah seberapa besar atau kecilnya radiasi nuklir itu, tapi berapa orang yang akan memulai mimpi buruknya dari jam 6.02 PM sekarang ini?

Berapa orang yang ketakutan di hari ini? Berapa orang yang masih mempunyai senyuman setelah mendengar berita ini? Berapa orang yang masih bisa berpikir jernih dan optimis setelah membaca, 'hari Rabu, hari di mana radiasi nuklir datang, diamlah di rumah, kalau kalian masih mau hidup sehat' ? Berapa orang?

Berapa orang yang tinggal di daerah dekat Taiwan yang mulai bersiaga memulai mimpi buruknya? Berapa orang yang kehilangan harapannya sejak membaca berita malam yang penuh 'berita buruk; kematian, perang, gempa, -yang disertai opini akhir dunia'?

Saya sama sekali tidak menyalahkan bagian koran atau majalah, baik elektronik atau cetak, yang memberitakan hal2 yang terjadi di semua belahan dunia. Tapi menariknya, saya adalah orang yang dibilang tidak bersedia membaca detil2 berita dalam koran, -bukan saya tidak peduli.
Saya takut kehilangan harapan saya.

at the time like this, could we ever imagine, what's more important to us now?
kita pergi ke sekolah, belajar, saya punya 3 buku ZD untuk dipelajari- demi test jerman bulan mei. Saya punya 2 tarian tradisional untuk diajarkan demi Performance club Windosa bulan Juni. Saya punya 2 minggu sebelum mid-term test. Dan saya baru saja diinvasi oleh mimpi buruk setidaknya sampai hari rabu.
apa yang menjadi penting ketika mimpi buruk itu datang?

Sekali lagi saya tidak menyalahkan berita yang berseliweran di majalah dan koran. Pun cepatnya berita yang datang melalui teknologi internet. Indahnya lagi, kita jadi punya waktu untuk bersiap. Bersiap kalau-kalau kita tidak punya waktu lagi nanti, begitukah?

Maaf, saya bener2 shock, diberitahu berita tadi, dan menjadi emosional.

Yang menjadi inti dari yang saya ingin bicarakan,
'guess, how many good news are there in the newspapers or magazines? how many times we lost hopes over the bad news? or maybe there is no such thing like good news nowadays. no wonder, Paul Coelho ever said, 'I realized today that, if you are smiling, people think you are crazy'
people, though you have find many bad news all over the newspapers, don't you ever lose your hope to keep on living'

serius, terkadang kita mungkin terlalu fokus dengan banyaknya kejadian yang terjadi. Pun kalau kita fokus dapat menghasilkan hal yang berguna, sayangnya terkadang kita malah tidak bisa melakukan apa-apa selain menjadikan sebuah berita menjadi gossip, dan menjadi ramalan pada akhirnya.

dunia ini, seperti kata Coldplay, 'we live in the beautiful world, yeah we turn, yeah we turn."
masih banyak berita baik yang bisa kita syukuri hari ini. Masih ada matahari di timur yang masih bisa menghidupi ratusan bunga di taman. Masih ada ibu-ibu anjing yang bisa bersenda gurau menyusui anaknya. Masih ada ratusan pria melamar wanita-wanitanya demi kehidupan yang baik ke depannya. Aku mau, aku masih bisa bersyukur.

Kalau suatu saat nanti kau punya cukup uang untuk membantu korban bencana alam, tutup mulutmu dan menyumbanglah. Kalau kau punya cukup keahlian dalam membantu, tutup mulutmu dan pergilah membantu.

Tuhan, semoga Engkau mau memberikan kami kemampuan dalam menyikapi berita, entah itu berita yang baik ataupun berita buruk. Kami mohon lindungilah kami agar kami tetap mau melihat dan bersyukur bahwa rahmat-Mu kepada kami masih sempurna.




Berbahagialah. Sebagai bentuk syukur, karena kita sudah diperbolehkan untuk hidup di dunia yang indah ini :)

hv a nice day. folks!

No comments:

Search