Baru saja, sekitar 1 jam yang lalu, terjadi gempa di kediaman saya di Kaohsiung, Taiwan. Tadi saya sedang di ruang belajar dan dengan serius menulis surat dalam bahasa jerman setelah akhirnya dikagetkan dengan gempa berkekekuatan 4.8 SR.
Setelah sekitar 30 detik lebih, gempa pun berhenti. saya kembali lagi ke ruang belajar, setelah sempat lari ke luar karena ketakutan. Saya kembali melanjutkan surat bahasa jerman saya sambil memikirkan beberapa hal yang terjadi belakangan ini.
Sebelas Maret lalu, dunia digemparkan dengan tsunami yang terjadi di Jepang. Lima hari lewat sejak kejadian itu, namun berita tentang keadaan Jepang masih menghiasi headline beberapa koran. Saya, bisa dibilang, mengikuti beberapa beritanya. Ledakan nuklir yang cukup berbahaya dibilang memperparah keadaan. Beberapa orang kini, jika ingin pergi keluar rumah, harus memakai pakaian pelindung. Di Jepang juga terjadi pemeriksaan, untuk mengantisipasi adanya radiasi yang terjadi. Satu hal yang patut disyukuri adalah bantuan yang mengalir deras dari orang-orang di belahan dunia lain. Seperti halnya kata seorang artis Indonesia, Vincent, "if it's not Love, it would be BOMB, that get us together" dan "bom" ini kemungkinan sudah menciptakan rasa cinta dari antara kita.
Hari ini terjadi hujan badai di Jakarta. Karena saya berada di Kaohsiung, mungkin saya tidak begitu mengerti bagaimana keadaannya. Namun saya cukup aware mendengar adanya hujan badai, mengingat saya pernah melihat hal mengerikan ketika Taifun datang ke Taiwan.
Mendengar dan merasakan banyaknya hal yang terjadi pada manusia akhir-akhir ini, satu hal yang muncul di otak saya, yaitu, sekarang, besok, lusa, atau tahun depan, kita semua harus siap.
Saya melihat kekuatan yang besar, di mana kita para manusia, tidak mampu menandinginya. Saya melihat alam yang begitu besar, yang begitu damai, begitu nyaman, namun begitu mudah bergerak. Sayangnya, pergerakan alam itu, walaupun bagi alam adalah keadaan normal, namun bagi kita bisa menyebabkan bencana, karena banyaknya bangunan dan adanya tsunami yang bisa saja sewaktu-waktu memakan korban.
Kalau adanya hal-hal lain yang tidak normal terjadi di alam ini, berkacalah, apakah ada sesuatu yang telah kau lakukan pada alam dengan kedua tanganmu? Karena alam yang bersahabat ini, hanyalah mengembalikan persenan yang sudah kita lakukan padanya. Bukan salah alam yang bergerak. Seperti kita tidak bisa menyalahkan malam yang gelap.
Kalau sudah begitu, hilangkan kata kiamat dari mulutmu!
Karena kiamat bukan lagi masalah waktu, karena sudah layaklah kita bersiap, sekarang, besok, lusa, atau tahun depan.
Kalau sudah begini, bersatulah dan kurangilah kegiatan kurang penting dengan bertengkar masalah agama mana paling benar, bom sana bom sini.
Kau maki-maki alam yang membunuh, namun dengan tanganmu, kau bunuh sesamamu manusia. Masih pantaskah kau bilang alam itu jahat?
Manusia! bersatulah, hargailah perbedaan. Bertahan hiduplah dan bersiap.
Biarkan kita hidup bersama alam, dan alam akan menghidupi kita. Bersyukurlah, dan hidup yang baik selagi kau masih di sini.
*gambar diambil dari google :) *maaf saya lupa linknya :p
2 comments:
Kalo gua pribadi sih paling ga percaya sama yg namanya kiamat.
Well, gua tau kalo nothing lasts forever. Even this life, it could end any time, any day, any second. Tapi yg namanya kiamat tuh menurut gua hanya sebuah istilah, sebuah propaganda, sebuah konspirasi, yg diciptakan oleh manusia untuk menggambarkan akhir jaman menurut versi mereka sendiri.
"Bertobatlah, kiamat sudah dekat!" atau "21 Desember 2012 kiamat akan tiba" Well, tau darimana? Adakah buktinya? Soalnya agama gua ngajarin, kalo mengenai akhir jaman, hanya Sang Pencipta yg tahu.
Every thing that has a beginning, has an end. But what really matter is our choice when we get there.
So, instead of worrying about "the end", why don't we just give it our all to make each seconds count?
setuju :) itu juga yang gua selalu pikirin ketika temen2 di sini ketakutan sama ramalan2, entah itu dari internet, atau dari mulut ke mulut. lebih baik kita hidup dengan baik hari ini^^
Post a Comment